Menurut Renner dan
Marek dalam Martin (1994:202-203) bahwa dari riset yang mereka
lakukan tentang penggunaan model siklus belajar (learning cycle)
pada pembelajaran ternyata hasilnya dapat meningkatkan prestasi anak-anak
dan meningkatkan pengembangan keterampilan prosesnya. Mereka juga mengakui
bahwa siklus belajar (learning cycle) dapat meningkatkan intelektual anak.
Bagaimanapun juga mereka menyimpulkan bahwa model siklus belajar (learning
cycle) adalah suatu cara untuk membantu anak-anak menerapkan matematika,
keterampilan ilmu kemasyarakatan, menginterpretasikan grafik, tabel, dan poster
serta asimilasi data untuk memecahkan masalah, dan menentukan maksud atau arti
kalimat.
Para peneliti mengungkapkan bahwa
siklus belajar (learning cycle) adalah suatu cara alami untuk belajar dan
memenuhi tujuan pendidikan uang utama: membantu anak-anak belajar bagaimana
cara berpikir.
Model ini memiliki lima fase/tahap yang setiap fasenya
dimulai dengan huruf E sebagai berikut (Bybee et al., 2006; Temel et
al., 2013; Tuna & kacar, 2013; Utari et al., 2013):
1.
Engagement (engage/keterlibatan) merupakan
fase saat guru mencoba memusatkan perhatian siswa dan mengikutsertakan siswa ke
dalam sebuah konsep baru dengan cara memberikan pertanyaan motivasi, memberikan
gambaran tentang materi yang akan dipelajari, demonstrasi, atau aktivitas lain
yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa
keingintahuan siswa. Pada fase ini guru menggali pengetahuan awal
siswa untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep
yang akan dipelajari. Hal terpenting dalam fase ini adalah guru menghindari mendefinisikan
dan membuat penjelasan tentang konsep yang akan dibahas.
2.
Exploration (penyelidikan) merupakan fase dimana
para siswa belajar melalui keterlibatan dan tindakan-tindakan, gagasan-gagasan
mereka dan hubungan-hubungan dengan materi baru diperkenalkan dengan bimbingan
guru yang minimal agar memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan sebelumnya,
mengembangkan minat, menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu terhadap materi
itu. Materi perlu disusun secara cermat sehingga sasaran belajar itu
menggunakan konsep dan gagasan yang mendasar. Selama fase ini guru menilai pemahaman
para siswa terhadap sasaran pelajaran. Menurut Bybee bahwa, tugas guru disini
tidak boleh memberitahukan atau menerangkan konsep.
3.
Explanation (pengenalan) merupakan fase dmana para
siswa kurang terpusat dan ditunjukkan untuk mengembangkan mental. Tujuan dari
fase ini guru membantu para siswa memperkenalkan konsep sederhana, jelas dan
langsung yang berkaitan dengan fase sebelumnya, dengan berbagai strategi para
siswa disini harus terfokus pada pokok penemuan konsep-konsep yang mendasar
secara kooeperatif dibawah bimbingan guru (guru sebagai fasilitator) mengajukan
konsep-konsep itu secara sederhana, jelas dan langsung.
4.
Expansion (perluasan) merupakan fase dimana para
siswa mengembangkan konsep-konsep yang baru dipelajari untuk diterapkan
pada contoh-contoh lain, dipakai sebagai ilustrasi konsep intinya dapat
membantu para siswa mengembangkan gagasan-gagasan mereka dalam
kehidupannya.
5.
Evaluation (evaluasi) merupakan fase dimana
siswa ingin mengetahui penjelasan para siswa terhadap siklus pembelajaran ini.
Evaluasi dapat berlangsung setiap fase pembelajaran, untuk menggiring pemahaman
konsep juga perkembangan keterampilan proses. Evaluasi bukan hanya pada akhir
bab. Dari fase-fase yang disebutkan di atas menurut Carin dan Martin
tujuan paedagoginya adalah sama. Untuk jelasnya seperti pada gambar.
Komentar
Posting Komentar