NAMA : Novia
Tesalonika
NIM : 150341607673
Sistem CTL adalah sebuah proses
pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi,
sosial dan budaya mereka.
Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual mengacu pada sejumlah
prinsip dasar pembelajaran. Menurut Ditjen Dikdasmen Depdiknas 2002, dalam
Gafur (2003: 2) menyebutkan bahwa kurikulum dan pembelajaran kontekstual perlu
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Keterkaitan, relevansi (relation).
Proses belajar hendaknya ada keterkaitan dengan bekal pengetahuan (prerequisite
knowledge) yang telah ada pada diri siswa.
b.
Pengalaman langsung (experiencing). Pengalaman
langsung dapat diperoleh melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventory,
investigasi, penelitian dan sebagainya.
c.
Aplikasi (applying). Menerapkan
fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari dalam dengan guru, antara
siswa dengan narasumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama
merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.
d.
Alih pengetahuan (transferring). Pembelajaran
kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer situasi dan
konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari pada
sekedar hafal.
e.
Kerja sama (cooperating). Kerjasama
dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan,
komunikasi interaktif antar sesama siswa, antara siswa.
f.
Pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang telah dimiliki pada situasi lain.
Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual
a) Kontruktivisme (contructivism)
Menurut Zahorik (1995: 14-22), mengemukakan bahwa
terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran
kontekstual, antara lain sebagai berikut:
(1)
Pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada (activing knowledge).
(2)
Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring
knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan terlebih dahulu,
kemudianmemperhatikan detailnya.
(3)
Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis,
melakukan sharingkepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan
atas dasar tanggapan itu, konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
(4)
Mempraktekan pengetahuan dan
pengalaman tersebut (applyingknowledge).
(5)
Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap straregi pengembangan pengetahuan tersebut.
b) Menemukan (inquiry)
Metode inquiry merupakan metode yang mempersiapkan
peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaanpertanyaaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
a. Bertanya (questioning)
b. Masyarakat
Belajar (learning community)
c. Pemodelan (modeling)
d. Refleksi (reflection)
e. Penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment)
Keuntungan Pendekatan Contextual Teaching And Learning
(CTL)
Adapun keuntungan dari pendekatan CTL adalah:
a)
Pembelajaran menjadi lebih bermakana
dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab materi yang dipelajari siswa akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b)
Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada seorang siswa, karena metode
pembalajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun
untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “ mengalami” bukan
“menghapal”.
Komentar
Posting Komentar