Nama :
Novia Tesalonika
NM :
150341607673
Offering : B
Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar
sosio-kultural:
1.
Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar
ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari
individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya
dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar
adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi
faktor sekunder. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan
belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar.
Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis
dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi
dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar
dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam
aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila
dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi
kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi
individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya
barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang
berkembang akhir-akhir ini.
2.
Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat
dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi
sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya.
Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri
melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai
pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan
sekolah maupun keluarganya secara aktif.
Perolehan pengetahuan dan
perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran
berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi
individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar
Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif,
juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan
kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu
generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya
dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain.
Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa
sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang
penting di lingkungannya.
APLIKASI TEORI SOSIO-KULTURAL
Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat
terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
1.
Pendidikan informal (keluarga).
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga,
dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari
lingkungan keluarganya. Oleh karena itu perkembangan prilaku masing-masing anak
akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam.
2.
Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak
bermunculan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak,
misalnya kursus membatik. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal
tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURAL
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
1. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk
mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan
berkembang;
2.
Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat
perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
3.
Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi
untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental.
4.
Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan
pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural
yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
5.
Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat
transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi
pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang
terlibat di dalamnya.
Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas
pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti
pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh
para teoriwan perilaku.
Komentar
Posting Komentar