Gerak Benda dan Makhluk Hidup (1)

Gambar
A. KONSEP GERAK Benda dapat dikatakan bergerak apabila mengalami perubahan posisi dari suatu titik acuan. Benda yang bergerak akan melalui suatu lintasan tertentu. Lintasan dapat berupa lintasan yang lurus, melingkar atau parabola, ataupun tidak beraturan. 1. JARAK DAN PERPINDAHAN Untuk memahami perbedaan jarak dan perpindahan, pahami ilustrasi berikut! Jarak rumah siswa dan sekolah adalah 2,5 km. Jika siswa pergi dan pulang sekolah maka jarak yang ditempuhnya adalah 5 km.  Akan tetapi perpindahan siswa adalah 0 karena tidak ada selisih posisi awal dan akhir tidak ada. Sehingga: a.  Jarak   adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh benda. b.  Perpindahan  adalah selisih jarak lurus antara posisi awal dengan posisi akhir. 2. KELAJUAN, KECEPATAN, DAN PERCEPATAN a. Kelajuan adalah kemampuan suatu benda bergerak dalam menempuh jarak tertentu pada setiap satuan waktu. Kelajuan dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: v = kelajuan (m/s) s = jarak tempuh (m) t = waktu...

Jerman untuk Anakku




            Pak Herman tidak pernah berhenti bekerja keras semenjak putrinya menceritakan tentang cita-citanya yang setinggi angkasa itu. Pak Herman saja tinggal di kos-kosan kecil sekali di daerah Surabaya. Dia tidak punya tanah pribadi untuk di bangun rumah untuk keluarganya yang berjumlah lima orang itu. Padahal Pak Herman sudah berkali-kali bicara pada putrinya untuk berhenti bermimpi setinggi itu. “Sudahlah nak jangan berharap lebih, bapak bisa menyekolahkan kamu hingga SMA saja bapak sudah sangat bersyukur. Ya, meskipun bapak diringankan dengan potongan SPP untuk anak tidak mampu” begitu kata pak Herman kepada putri pertama dari tiga bersaudara itu, Rani namanya. Rani bersekolah di SMAN 5 Surabaya. Rani memang anak yang pintar, walaupun dia hanya mendapat juara dua dari empat puluh siswa di kelasnya tetapi itu sudah menunjukkan bahwa dia pintar. Rani adalah anak yang pekerja keras dan dia punya cita-cita yang sangat luar biasa, yaitu melanjutkan sekolah keluar negeri setelah lulus SMA. Dia tidak peduli bagaimana kondisi keluarganya saat ini. Rani memang sedikit egois kalau harus di hadapkan dengan cita-citanya. Dia tidak ingin ada seseorang yang berusaha merusak mimpinya yang sudah di bangun sejak menginjak bangku SMP. Dia sangat yakin kalau dia pasti bisa bersekolah ke luar negeri, dia pernah berkata pada bapaknya “Aku pasti bisa pak, aku akan membuktikan pada Bapak kalau aku bisa. Aku bisa mencari beasiswa di luar negeri, jadi bapak tidak perlu membiayai sekolahku” kata Rani sangat percaya diri. Begitulah Rani. Sangat egois bukan?. Dia tidak pernah tau apa yang di takutkan kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya takut kalau sampai Rani gagal, kalau sampai Rani tidak bisa mengejar cita-citanya. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana sedihnya putri pertama mereka itu.


            Saat ini Rani sedang menginjak bangku kelas 3 SMA, dia mendapat beasiswa selama tiga tahun. Tidak heran kalau rani mendapat beasiswa sampai lulus SMA, dia pantas mendapatkan itu karena dia memang anak yang pintar. Rani juga anak yang sangat rajin dan pekerja keras. Dia sangat aktif mengikuti ekstrakurikuler di sekolahnya untuk mengisi waktu luangnya, tetapi untuk kelas tiga ini dia berhenti mengikuti ekstrakurikuler karena dia hatus focus mengikuti Ujian Naasional. Dia belajar dengan giat, sangat giat. Tetapu dia juga tidak lupa beribadah, dia tidak pernah meninggalkan sholatnya, dia juga tidak pernah bolong melakukan puasa sunnah senin kamis. Saat  tengah malampun dia selalu menyempatkan bangun untuk melakukan sholat tahajjud. Rani memang anak yang sholeha, orang tuanya sangat bangga dengannya. Mereka mengusahakan agar Rani bisa mengejar cita-citanya. Tetapi keadaan keluarganya sangat tidak memungkinkan untuk melakukan semua itu, pergi keluar negeri butuh biaya yang mahal. Dan untuk keadaan zaman seperti sekarang ini tidak ada apapun yang bisa di dapatkan dengan gratis. Bapak Rani hanyalah penjual bakso keliling kampung, dia tidak punya tempat atau kios yang digunakan untuk tempat jualannya. Setiap hari dia bekerja, berjalan keliling kampungnya untuk mencari segelintir pembeli yang akan membeli baksonya. Andaikan dia punya kios sendiri pasti pembeli yang akan menghampirinya, bukan dia yang menghampiri pembeli. Pak Herman mampu berjalan hingga tiga kilometer jika memang rejekinya belum datang. Belum nanti kalau sedang musim hujan, bisa-bisa dia tidak berjualan seharian.


Untung saja pak Herman mempunyai istri yang sangat setia menemaninya saat pak Herman sedang dalam keadaan sulit dan susah. Bu Umi namanya. Dia lebih muda dua tahun dari pak Herman. Dia juga membantu pak Herman memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja menjadi tukang cuci baju. Bu Umi mengambil baju-baju milik tetangga yang kotor, lalu di cucikan olehnya. Bu Umi mendapat bayaran yang bisa di bilang sedikit kalau di bandingkan dengan tenaga yang di keluarkan untuk mencuci baju-baju tersebut.


Rani sangat menyayangi keluarganya. Saat hari Minggu atau saat libur sekolah, Rani biasanya membantu Bapak dan Ibunya bekerja. Rani tidak pernah menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting. Bagi Rani, waktu adalah emas. Dia tidak mau membuang-buang waktunya untuk hal-hal yang tidak penting. Saat di sekolah pun juga begitu. Dia selalu menghabiskan waktu istirahatnya di ruang perpustakaan. Saat teman-temannya sedang asik makan dan mengobrolkan hal-hal yang menyenangkan ketika istirahat, Rani malah menyibukkan dirinya di perpustakaan untuk membaca buku. Saat dia sedang asik membaca buku Ensiklopedia tentang ‘Kesehatan Umum’ tiba-tiba “Raniiiiii, hemhh hemhh” dengan nafas yang terengah-engah seseorang menghampirinya.


“Hei Dita, kenapa kamu lari-lari seperti itu sih. Ada apa ?” tanya Rani.


“Ayo ikut aku ke ruang guru, kamu di cari sama pak Pri tuh. Aku dari tadi muter-muter sekolah nyariin kamu, eh ternyata kamu disini” Jawab Dita marah-marah.


“hehehe kamu sih aneh, aku kan udah pernah bilang kalau mau nyari aku itu di perpustakaan, pasti ketemu aku disini. Emm ngomong-ngomong kenapa pak Pri nyariin aku?” Tanya Rani penasaran.


“Aku juga nggak tau Raniiiii, udahlah ayo kita ke ruang guru. Cepaaattttt!!” ajak Dita tergopoh-gopoh.


“Iya iyaa sabar dong, aku mau ngembalikan buku ini dulu. Kamu itu selalu nggak sabaran!” jawab Rani hampir emosi. Tapi ketahuilah, dia tidak pernah benar-benar bisa marah.


            Saat sampai di ruang guru, Rani dan Dita langsung menghampiri pak Pri yang sedang sibuk dengan buku besar dengan nama-nama siswa di dalamnya. Entah apa yang sedang di lakukan.


“Assalamu’alaikum pak Pri” ucap Rani dan Dita saat menemui pak Pri. Membuat pak Pri sedikit terkejut.


“Wa’alaikumsalam. Makasih ya Dita kamu sudah membawa Rani kesini” sahut pak Pri.


“Sama-sama Pak, saya sekarang boleh pergi kan? Saya mau ke kantin nih pak capek nyariin Rani muter-muter sekolah” jawab Dita masih sedikit capek.


            Ketika Dita mulai pergi pak Pri mulai berbicara kepada rani, membicarakan sesuatu yang tentu saja membuat Rani sangat bahagia. Pak Pri menawarkan Rani untuk mengikuti sebuah olimpiade yang sangat membuat Rani tergiur. Yaitu olimpiade fisika tingkat profinsi Jawa Timur, jika Rani bisa lolos semua seleksi maka dia akan dikirim ke Afrika untuk mengikuti  olimpiade terakhir. Yang membuat Rani tergiur  adalah, jika Rani bisa lolos sampai seleksi di Afrika, pak Pri akan menjamin semua biaya Rani untuk melanjutkan kuliah kemanapun Rani mau. Kemudian Rani mengataakan “Benarkah Pak? Tapi apakah Bapak tidak keberatan kalau Aku ingin keluar negeri?” Tanya Rani penasaran.


“tentu saja bisa, kenapa tidak Rani? Kamu adalah anak yang pintar, tentu saja kamu bisa melanjutkan studimu kemanapun yang kamu mau. Dan Bapak juga yakin kalau kamu pasti bisa lolos sampai seleksi di Afrika” jawab pak Pri senang.


            Saat bel pulang sekolah berbunyi, Rani langsung dengan cepat membereskan buku-buku di bangkunya untuk bersiap-siap pulang. Rani sudah tidak sabar untuk mengejutkan Bapak dan Ibunya tentang olimpiade yang di di bicarakannya dengan pak Pri tadi siang di sekolah. Rani tidak membayangkan bagaimana ekspresi bahagia kedua orangtuanya saat mendengar kabar itu.


“Mereka pasti senang” kata Rani senang.


            Sesampainya dirumah, Rani langsung bergegas masuk kedalam rumah. “Assalamualaikum Bu, aku pulang”


“Wa’alaikumsalam. Eh Rani udah pulang, ayo ganti baju terus makan. Ibu mau nyelesaikan nyuci baju ini dulu, besok udah harus selesai. Ibu capek sekali” kata ibu Rani lemas.


“Iya bu, Rani ganti baju dulu ya nanti Rani baju nyucikan bajunya” jawab Rani dengan senyum iba kepada ibunya.


“Apa kamu nggak capek barusan pulang sekolah capek-capek langsung bantu ibu cuci baju?”


“enggak Bu, Rani tidak pernah capek membantu Ibu ataupun Bapak kalau lagi kesusahan”. Jawab Rina sedikit haru.


            Setelah Rani selesai makan dan ganti baju, Rani langsung membantu ibunya mencuci baju-baju yang bertumpuk seperti gunung itu. Sambil mengucek dan menyikat baju-baju, Rani memulai pembicaraan dengan ibunya. Rani ingin membahas tentang Olimpiade yang di bicarakannya dengan pak Pri di sekolah tadi.


“Buk aku punya kabar baik lho” kata Rani memulai pembicaraan.


“kabar baik apa nak?” Tanya ibu Rani penasaran.


“aku di minta pak Pri, guru di sekolahku untuk ikut lomba olimpiade fisika se-Jawa Timur Bu. Kata pak Pri, kalau aku bisa lolos sampai olimpiade di Afrika, pak Pri akan membiayai studiku saat kuliah nanti, dan aku bebas memilih universitas yang aku mau Bu. Bukankah itu sangat hebat Bu?”


“Iya nak, Ibu setuju denganmu. Tetapi apakah kamu yakin kamu mampu lolos sampai seleksi di Afrika?” Tanya Ibu Rani agak sedih.


“tentu saja Rani yakin Bu, pak Pri juga sangat yakin kalau aku bisa lolos sampai seleksi di Afrika. Percayalah Bu, aku yakin aku bisa” jawab Rani meyakinkan ibunya.


            Sejak saat itu, Rani terus giat belajar. Semua urusan pendaftaran olimpiade sudah di urus sepenuhnya oleh pak Pri. Rani terus belajar dan belajar, dia juga tidak pernah berhenti berdoa kepada Allah agar dia bisa lolos seleksi sampai ke Afrika dan bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri.


            Saat seleksi se-propinsi di mulai, Rani sangat deg-degan. Tapi dia bisa mengerjakannya dengan lancar. Untunglah. Rani terus mengikuti seleksi hingga akhirnya dia masuk seleksi ke Afrika, dia semakin takut karena saingannya tentu semakin banyak dan semakin cerdas lebih darinya. Rani tidak pernah berhenti berdoa dan belajar. Dia juga selalu meminta doa restu kepada kedua orangtuanya agar di beri kelancaran. Ini demi masa depan Rani, demi nama sekolah dan demi keluarga Rani yang tidak bisa membawa Rani melanjutkan studinya ke luar negeri. Ini adalah jalan satu-satunya untuk keluarga Rani agar Rani bisa menggapai cita-citanya.


            Satu minggu kemudian, Rani dan pak Pri berangkat ke Afrika mendampingi Rani. Rani begitu was-was saat sampai disana dan melihat peserta-peserta yang beruntung dan lolos bersama dengan dirinya saat ini. Rani tidak kenal semua peserta yang ada di hadapannya sekarang. Rani hanya berpikir kalau mereka sangat cerdas, ataupun bisa lebih cerdas lebih dari yang di pikirkan Rani sekarang.


            Akhirnya pengumuman hasil seleksi sudah keluar di internet. Dan ternyata Rani mendapatkan juara 3. Rani sangat senang. Walaupun dia tidak mendapatkan juara pertama tetapi dia berhasil lolos seleksi terakhir dan mendapatkan juara. Dia mendapatkan sertifikat, thropy dan juga uang yang sangat besar nilainya. Sekitar tujuh puluh lima juta rupiah untuk juara yang di dapatkannya. Dia sangat senang mendapatkan semua itu. Uangnya bisa di berikan kepada kedua orangtuanya.


            Ketika orangtuanya di kabari oleh pak Pri tentang kemenangan Rani, orangtuanya langsung menangis terharu. Tidak menyangka kalau anaknya bisa mendapatkan juara dari olimpiade di Afrika kemarin. Pak Hasan lalu berpesan kepada pak Pri untuk membiarkan dirinya saja yang membayar biaya perginya Rani ke Jerman. Rani mengambil jalur beasiswa agar seluruh biaya pendidikannya gratis. Seluruh biaya hidup di tanggung oleh pemerintah Jerman. Pak Hasan hanya membayar biaya pembuatan visa dan penerbangan.


            Akhirnya Rani bisa mewujudkan cita-citanya bersekolah ke Jerman. Ini berkat usahanya dan doa dari kedua orangtuanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERKAK: Budi Anak Petani

PKN KELAS X : KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945

Problem Solving